Cantiknya Bidadari…
Penulis: Ummu Ziyad Fransiska Mustikawati dan Ummu Rumman Siti Fatimah
Muroja’ah: Ust. Aris Munandar
Terheran-heran. Tapi itulah kenyataan. Seseorang  – yang mungkin dengan mudahnya – melepas jilbabnya dan merasa enjoy mempertontonkan kecantikannya. Entah dengan alasan apa, kepuasan pribadi, materi dunia, popularitas yang semuanya berujung pada satu hal, yaitu hawa nafsu yang tak terbelenggu.
Padahal… nun di surga sana, terdapat makhluk yang begitu cantik yang belum pernah seorang pun melihat ada makhluk secantik itu. Dan mereka sangat pemalu dan terjaga sehingga kecantikan mereka hanya dinikmati oleh suami-suami mereka di surga.
Berikut ini adalah kumpulan ayat dan hadits yang menceritakan tentang para bidadari surga.
Harumnya Bidadari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sekiranya salah seorang bidadari surga datang ke dunia, pasti ia akan menyinari langit dan bumi dan memenuhi antara langit dan bumi dengan aroma yang harum semerbak. Sungguh tutup kepala salah seorang wanita surga itu lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kecantikan Fisik
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Rombongan yang pertama masuk surga adalah dengan wajah bercahaya bak rembulan di malam purnama. Rombongan berikutnya adalah dengan wajah bercahaya seperti bintang-bintang yang berkemilau di langit. Masing-masing orang di antara mereka mempunyai dua istri, dimana sumsum tulang betisnya kelihatan dari balik dagingnya. Di dalam surga nanti tidak ada bujangan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
كَذَلِكَ وَزَوَّجْنَاهُم بِحُورٍ عِينٍ
“Demikianlah. Dan Kami berikan kepada mereka bidadari.” (Qs. Ad-Dukhan: 54)
Abu Shuhaib al-Karami mengatakan, “Yang dimaksud dengan hur adalah bentuk jamak dari  haura, yaitu wanita muda yang cantik jelita dengan kulit yang putih dan dengan mata yang sangat hitam. Sedangkan arti ‘ain adalah wanita yang memiliki mata yang indah.
Al-Hasan berpendapat bahwa haura adalah wanita yang memiliki mata dengan putih mata yang sangat putih dan hitam mata yang sangat hitam.
Sopan dan Pemalu
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyifati bidadari dengan “menundukkan pandangan” pada tiga tempat di Al-Qur’an, yaitu:
“Di dalam surga, terdapat bidadari-bidadari-bidadari yang sopan, yang menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin. Maka nikmat Rabb-mu yang manakah yang kamu dustakan? Seakan-akan biadadari itu permata yakut dan marjan.” (Qs. Ar-Rahman: 56-58)
“Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita matanya.” (Qs. Ash-Shaffat: 48)
“Dan pada sisi mereka (ada bidadari-bidadari) yang tidak liar pandangannya dan sebaya umurnya.”
Seluruh ahli tafsir sepakat bahwa pandangan para bidadari surgawi hanya tertuju untuk suami mereka, sehingga mereka tidak pernah melirik lelaki lain.
Putihnya Bidadari
Allah Ta’ala berfirman, “Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan.” (Qs. ar-Rahman: 58)
al-Hasan dan mayoritas ahli tafsir lainnya mengatakan bahwa yang dimaksudkan adalah bidadari-bidadari surga itu sebening yaqut dan seputih marjan.
Allah juga menyatakan,“(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih dipingit dalam kemah.” (Qs. Ar-Rahman: 72)
Maksudnya mereka itu dipingit hanya diperuntukkan bagi para suami mereka, sedangkan orang lain tidak ada yang melihat dan tidak ada yang tahu. Mereka berada di dalam kemah.
Baiklah…ini adalah sedikit gambaran yang Allah berikan tentang bidadari di surga. Karena bagaimanapun gambaran itu, maka manusia tidak akan bisa membayangkan sesuai rupa aslinya, karena sesuatu yang berada di surga adalah sesuatu yang tidak/belum pernah kita lihat di dunia ini.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Azza wa Jalla berfirman, “Aku siapkan bagi hamba-hamba-Ku yang shalih sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas oleh pikiran.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Setelah mengetahui sifat fisik dan akhlak bidadari, maka bukan berarti bidadari lebih baik daripada wanita surga. Sesungguhnya wanita-wanita surga memiliki keutamaan yang sedemikian besar, sebagaimana disebutkan dalam hadits,
“Sungguh tutup kepala salah seorang wanita surga itu lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan lagi, seorang manusia telah Allah ciptakan dengan sebaik-baik rupa,
“Dan manusia telah diciptakan dengan sebaik-baik rupa.” (Qs. At-Tiin: 4)
Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Saya bertanya, “Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?”
Beliau shallallahu’‘alaihi wa sallam menjawab, “Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari yang bermata jeli, seperti kelebihan apa yang tampak daripada apa yang tidak tampak.”
Saya bertanya, “Karena apa wanita dunia lebih utama daripada mereka?”
Beliau menjawab, “Karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutra, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuning-kuningan, sanggulnya mutiara dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata, ‘Kami hidup abadi dan tidak mati, kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali, kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali, kami ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya.’.” (HR. Ath Thabrani)
Subhanallah. Betapa indahnya perkataan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebuah perkataan yang seharusnya membuat kita, wanita dunia, menjadi lebih bersemangat dan bersungguh-sungguh untuk menjadi wanita shalihah. Berusaha untuk menjadi sebaik-baik perhiasan. Berusaha dengan lebih keras untuk bisa menjadi wanita penghuni surga..
Nah, tinggal lagi, apakah kita mau berusaha menjadi salah satu dari wanita penghuni surga?
Maraji’:
Mukhtashor Hadil al-Arwah ila Bilad al-Afrah (Tamasya ke Surga) (terj), Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah.
***
كَذَلِكَ وَزَوَّجْنَاهُمْ بِحُورٍ عِينٍ (٥٤)
 "Demikianlah, dan Kami berikan kepada mereka bidadari." (QS. Ad-Dhukhan: 54)
 مُتَّكِئِينَ عَلَى سُرُرٍ مَصْفُوفَةٍ وَزَوَّجْنَاهُمْ بِحُورٍ عِينٍ (٢٠)
 "Mereka  bertelekan di atas dipan-dipan berderetan dan kami kawinkan mereka  dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli." (QS. At-Thur: 20)
  
 حُورٌ مَقْصُورَاتٌ فِي الْخِيَامِ (٧٢)
 "(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih, dipingit dalam rumah." (QS. Ar-Rahman: 72)
 فِيهِنَّ خَيْرَاتٌ حِسَانٌ (٧٠)
 "Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik." (QS. Ar-Rahman: 70)
  
   
 إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ إِنْشَاءً (٣٥)فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا (٣٦)عُرُبًا أَتْرَابًا (٣٧)
 "Sesungguhnya kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung.[1] Dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. Penuh cinta lagi sebaya umurnya." (QS. Al-Waqi'ah: 35-37)
 Ibnu  Abid Dunya meriwayatkan dari Abul Hawari, dia berkata: Bidadari itu  diciptakan langsung (kun fayakun). Apabila telah sempurna peciptaan  mereka maka dipasanglah kemah-kemah atas mereka. Oleh karena itu Ibnul  Qayyim berkata bahwa kemah-kemah ini bukanlah ghuraf (kamar-kamar) atau  qushur (istana-istana), melainkan ia adalah tenda di taman-taman dan di  atas sungai-sungai.
  
 Nabi Sholallohu 'alaihi wa sallam bersabda:
  
 1. Hadits Abu Sa’id al-Khudri Rodiallohu 'anhu :
  
 «  إِنَّ أَدْنَى أَهْلِ الْجَنَّةِ مَنْزِلَةً رَجُلٌ صَرَفَ اللّهُ  وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ قِبَلَ الْجَنَّةِ وَمَثَّلَ لَهُ شَجَرَةً ذَاتَ  ظِلٍّ فَقَالَ: أَيْ رَبِّ قَرِّبْنِي مِنْ هذِهِ الشَّجَرَةِ أَكُونُ فِي  ظِلِّهَا ». فَذَكَرَ الْحَدِيْثَ فِيْ دُخُوْلِهِ الْجَنَّةَ  وَتًمًنٍّيْهِ إِلىَ أَنْ قَالَ فِيْ آخِرِهِ.
 “Sesungguhnya  ahli surga yang paling rendah tingkatannya adalah seseorang yang Allah  palingkan wajahnya dari neraka kearah surga, dan ditampakkan padanya  satu pohon surga yang rindang. Lalu orang itu berkata: Ya Allah  dekatkanlah aku ke pohon itu agar aku bisa berteduh di bawahnya.” Lalu  Nabi Sholallohu 'alaihi wa sallam terus menyebutkan angan-angan orang  itu hingga akhirnya beliau bersabda:
 «  إِذَا انْقَطَعَتْ بِهِ الأَمَانِيُّ قَالَ اللّهُ: هُوَ لَكَ وَعَشْرَةُ  أَمْثَالِهِ. قالَ: ثُمَّ يَدْخُلُ بَيْتَهُ فَتَدْخُلُ عَلَيْهِ  زَوْجَتَاهُ مِنَ الحُورِ الْعِينِ فَيَقُولاَنِ : الْحَمْدُ للّهِ الَّذِي  أَحْيَاكَ لَنَا وَأَحْيَانَا لَكَ. قَالَ: فَيَقُولُ: مَا أُعْطِيَ  أَحَدٌ مِثْلَ مَا أُعْطِيتُ ».
 “Apabila  telah habis angan-angannya maka Allah berfirman kepadanya: “Dia itu  milikmu dan ditambah lagi sepuluh kali lipatnya.” Nabi bersabda:  “Kemudian ia masuk rumahnya dan masuklah menemuinya dua biadadari surga,  lalu keduanya berkata: Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkanmu  untuk kami dan yang menghidupkan kami untukmu. Lalu laki-laki itu  berkata: “Tidak ada seorangpun yang dianugerahi seperti yang  dianugerahkan kepadaku.” (HR. Muslim: 417)
  
 2. Hadits Anas Rodiallohu 'anhu :
 « إِنَّ الْحُورَ الْعِينَ لَتُغَنينَ فِي الْجَنَّةِ يَقُلْنَ: نَحْنُ الْحُورُ الْحِسَانِ خُبئْنَا لأَزْوَاجٍ كِرَامٍ »
 “Sesungguhnya  bidadari nanti akan bernyanyi di surga: Kami para bidadari cantik  disembuyikan khusus untuk suami-suami yang mulia.” (Shahih al-Jami’:  1602)
  
 3. Hadits Abu Hurairah Rodiallohu 'anhu :
 «  إِنَّ أَوَّلَ زُمْرَةٍ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ الْقَمَرِ  لَيْلَةَ الْبَدْرِ. وَالَّذِينَ يَلُونَهُمْ عَلَى أَشَدِّ كَوْكَبٍ  دُرِّيَ، فِي السَّمَاءِ، إِضَاءةً. لاَ يَبُولُونَ، وَلاَ يَتَغَوَّطُونَ  وَلاَ يَمْتَخِطُونَ وَلاَ يَتْفِلُونَ. أَمْشَاطُهُمُ الذَّهَبُ.  وَرَشْحُهُمُ الْمِسْكُ. وَمَجَامِرُهُمُ الألُوَّةُ. وَأَزْوَاجُهُمُ  الْحُورُ الْعِينُ. أَخْلاَقُهُمْ عَلَى خُلُقِ رَجُلٍ وَاحِدٍ. عَلَى  صُورَةِ أَبِيهِمْ آدَمَ. سِتُّونَ ذِرَاعاً، فِي السَّمَاءِ ».
 “Sesungguhnya  kelompok pertama yang masuk surga adalah seperti rupa bulan di malam  purnama. Berikutnya adalah seperti binang yang paling terang sinarnya di  langit. Mereka tidak buang air kecil, tidak buang air besar, dan tidak  meludah. Sisir mereka dari emas, minyak mereka adalah misik, asapannya  adalah kayu gaharu, pasangan mereka adalah bidadari, akhlak mereka  seperti akhlak satu orang. Bentuk (postur tubuh) mereka seperti Nabi  Adam as; 60 lengan di langit.” (Bukhari, Muslim dll. Al-Jami’  al-Shaghir: 3778, Shahih al-Jami’: 2015)
  
 4. Hadits Abdullah ibnu Mas’ud Rodiallohu 'anhu :
 «  أَوَّلُ زُمْرَةٍ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ كَأَنَّ وُجُوهَهُمْ ضَوْءُ  الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ، وَالْزُّمْرَةُ الثَّانِيَةُ عَلَى لَوْنِ  أَحْسَنِ كَوْكَبٍ دُريَ فِي السَّمَاءِ، لِكُل رَجُلٍ مِنْهُمْ  زَوْجَتَانِ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ، عَلَى كُل زَوْجَةٍ سَبْعُونَ  حُلَّةً، يُرَىٰ مُخُّ سُوقِهِمَا مِنْ وَرَاءِ لُحُومِهِمَا  وَحُلَلِهِمَا، كَمَا يُرَىٰ الشَّرَابُ الأَحْمَرُ فِي الزُّجَاجَةِ  الْبَيْضَاءِ »
  
 “Kelompok  pertama kali yang masuk surga, seolah wajah mereka cahaya rembulan di  malam purnama. Kelompok kedua seperti bintang kejora yang terbaik di  langit. Bagi setiap orang dari ahli surga itu dua bidadari surga. Pada  setiap bidadari ada 70 perhiasan. Sumsum kakinya dapat terlihat dari  balik daging dan perhiasannya, sebagaimana minuman merah dapat dilihat  di gelas putih.” (HR. Thabrani dengan sanad shahih, dan Baihaqi dengan  sanad hasan. Hadits hasan, shahih lighairi: Shahih al-Targhib: 3745)
 Dalam lafazh Tirmidzi:
 «  وَلِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ زَوْجَتَانِ يُرَى مُخُّ سُوْقِهِمَا منْ  وَرَاءِ الَّلحْمِ مِنَ الْحُسْنِ، لاَ اخْتِلاَفَ بَيْنَهُمْ وَلاَ  تَبَاغُضَ قُلُوبُهُمْ قَلْبُ رَجُلٍ وَاحِدٍ يُسَبِّحونَ الله بُكْرَةً  وَعَشِيَّا » .
 “Masing-masing  mendapat dua bidadari, sumsum kakinya dapat dilihat dari balik daging  karena begitu cantiknya, tidak ada perselisihan di antara mereka, dan  tidak ada saling benci di hati mereka. Hati mereka seperti hati satu  orang, mereka semua bertasbih kepada Allah pagi dan sore.”
  
 5. Hadits al-Miqdam Ibn Ma’di Karib Rodiallohu 'anhu :
 «  لِلشَّهِيدِ عِنْدَ اللَّهِ سَبْعُ خِصَالٍ: يُغْفَرُ لَهُ فِي أَوَّلِ  دَفْعَةٍ مِنْ دَمِهِ، وَيَرَىٰ مَقْعَدَهُ مِنَ الْجَنَّةِ، وَيُحَلَّىٰ  حُلَّةَ الإِيمَانِ، وَيُزَوجُ اثْنَيْنِ وَسَبْعِينَ زَوْجَةً مِنَ  الْحُورِ الْعِينِ، وَيُجَارُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَيَأْمَنُ مِنَ  الْفَزَعِ الأَكْبَرِ، وَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ تَاجُ الْوَقَارِ،  الْيَاقُوتَةُ مِنْهُ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا، وَيَشْفَعُ فِي  سَبْعِينَ إِنْسَاناً مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ »
  
 “Orang  yang mati syahid memiliki 7 [yang benar 8] keistimewaan di sisi Allah:  (1) diampuni dosanya di awal kucuran darahnya, (2) melihat tempat  duduknya dari surga, (3) dihiasi dengan perhiasan iman, (4) dinikahkan  dengan 72 bidadari surga, (5) diamankan dari adzab kubur, (6) aman dari  goncangan dahsyat di hari qiamat, (7) diletakkan di atas kepalanya  mahkota kewibawaan; satu permata dari padanya lebih baik dari pada dunia  seisinya, (8) memberi syafaat kepada 70 orang dari kerabatnya.” (Ahmad,  Tirmidzi dan Baihaqi. Silsilah al-Shahihah: 3213, Shahih al-Jami’:  5182)
  
 6. Hadits Mu’adz ibn Anas Rodiallohu 'anhu ;
 «  مَنْ كَظَمَ غَيْظاً وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللَّه  سُبْحَانَهُ عَلَى رُؤُوسِ الْخَلائِقِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ مِنَ الْحُورِ  الْعينِ مَا شَاءَ ».
 “Barangsiapa  mampu menahan amarah padahal ia mampu untuk melampiaskannya, maka Allah  memanggilnya di hadapan para makhluk hingga Dia memberikan hak untuk  memilih yang ia suka dari bidadari.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu  Majah, hadits hasan. Lihat Shahih al-Jami’: 6518)
 7.     Hadits Mu’adz t;
 «  لاَ تُؤْذِي امْرَأةٌ زَوْجَهَا فِي الدُّنْيَا. إِلاَّ قَالَتْ  زَوْجَتُهُ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ: لاَ تُؤْذِيهِ، قَاتَلَكِ الله،  فَإِنَّمَا هُوَ عِنْدَك دَخِيلٌ يُوشِكَ أَنْ يُفَارِقَكِ إِلَيْنَا »
 “Tidak  ada seorang isteri yang menyakiti suaminya di dunia melainkan bidadari  yang menjadi pasangannya berkata: "Jangan engkau sakiti dia -semoga  Allah melaknatmu- sesungguhnya ia hanyalah bertamu (di rumahmu), hampir  saja ia berpisah meninggalkanmu menuju kami.” (Shahih al-Jami’: 7192)
  
 Imam Ibnul Qoyyim berkata:
  
 "Jika  anda bertanya tentang mempelai wanita dan istri-istri penduduk surga,  maka mereka adalah gadis-gadis remaja yang montok dan sebaya. Pada diri  mereka mengalir darah muda, pipi mereka halus dan segar bagaikan bunga  dan apel, dada mereka kencang dan bundar bagai delima, gigi mereka  bagaikan intan mutu manikam, keindahan dan kelembutan mereka selalu  menjadi kerubutan.
 Elok  wajahnya bagaikan terangnya matahari, kilauan cahaya terpancar dari  gigi-giginya dikala tersenyum. Jika anda dapatkan cintanya, maka katakan  semau anda tentang dua cinta yang bertaut. Jika anda mengajaknya  berbincang (tentu anda begitu berbunga), bagaimana pula rasanya jika  pembicaraan itu antara dua kekasih (yang penuh rayu, canda dan pujian).  Keindahan wajahnya terlihat sepenuh pipi, seakan-akan anda melihat ke  cermin yang bersih mengkilat (maksudnya, menggambarkan persamaan antara  keindahan paras bidadari dengan cermin yang bersih berkilau setelah  dicuci dan dibersihkan, sehingga tampak jelas keindahan dan kecantikan).  Bagian dalam betisnya bisa terlihat dari luar, seakan tidak terhalangi  oleh kulit, tulang maupun perhiasannya.
 Andaikan  ia tampil (muncul) di dunia, niscaya seisi bumi dari barat hingga timur  akan mencium wanginya, dan setiap lisan makhluk hidup akan mengucapkan  tahlil, tasbih, dan takbir karena terperangah dan terpesona. Dan niscaya  antara dua ufuk akan menjadi indah berseri berhias dengannya. Setiap  mata akan menjadi buta, sinar mentari akan pudar sebagaimana matahari  mengalahkan sinar bintang. Pasti semua yang melihatnya di seluruh muka  bumi akan beriman kepada Allah Yang Maha hidup lagi Maha Qayyum (Tegak  lagi Menegakkan). Kerudung di kepalanya lebih baik daripada dunia  seisinya. Hasratnya terhadap suami melebihi semua keinginan dan  cita-citanya. Tiada hari berlalu melainkan akan semakin menambah  keindahan dan kecantikan dirinya. Tiada jarak yang ditempuh melainkan  semakin menambah rasa cinta dan hasratnya. Bidadari adalah gadis yang  dibebaskan dari kehamilan, melahirkan, haidh dan nifas, disucikan dari  ingus, ludah, air seni, dan air tinja, serta semua kotoran.
 Masa  remajanya tidak akan sirna, keindahan pakaiannya tidak akan usang,  kecantikannya tidak akan memudar, hasrat dan nafsunya tidak akan  melemah, pandangan matanya hanya tertuju kepada suami, sekali-kali tidak  menginginkan yang lain. Begitu pula suami akan selalu tertuju padanya.  Bidadarinya adalah puncak dari angan-angan dan nafsunya. Jika ia melihat  kepadanya, maka bidadarinya akan membahagiakan dirinya. Jika ia minta  kepadanya pasti akan dituruti. Apabila ia tidak di tempat, maka ia akan  menjaganya. Suaminya senantiasa dalam dirinya, di manapun berada.  Suaminya adalah puncak dari angan-angan dan rasa damainya.
 Di  samping itu, bidadari ini tidak pernah dijamah sebelumnya, baik oleh  bangsa manusia maupun bangsa jin. Setiap kali suami memandangnya maka  rasa senang dan suka cita akan memenuhi rongga dadanya. Setiap kali ia  ajak bicara maka keindahan intan mutu manikam akan memenuhi  pendengarannya. Jika ia muncul maka seisi istana dan tiap kamar di  dalamnya akan dipenuhi cahaya.
 Jika anda bertanya tentang usianya, maka mereka adalah gadis-gadis remaja yang sebaya dan sedang ranum-ranumnya.
 Jika anda bertanya tentang keelokan wajahnya, maka apakah anda telah melihat eloknya matahari dan bulan?!
 Jika  anda bertanya tentang hitam matanya, maka ia adalah sebaik-baik yang  anda saksikan, mata yang putih bersih dengan bulatan hitam bola mata  yang begitu pekat menawan.
 Jika  anda bertanya tentang bentuk fisiknya, maka apakah anda pernah melihat  ranting pohon yang paling indah yang pernah anda temukan?
 Jika anda bertanya tentang warna kulitnya, maka cerahnya bagaikan batu rubi dan marjan.
 Jika  anda bertanya tentang elok budinya, maka mereka adalah gadis-gadis yang  sangat baik penuh kebajikan, yang menggabungkan antara keindahan wajah  dan kesopanan. Maka merekapun dianugerahi kecantikan luar dan dalam.  Mereka adalah kebahagiaan jiwa dan penghias mata.
 Jika  anda bertanya tentang baiknya pergaulan dan pelayanan mereka, maka  tidak ada lagi kelezatan selainnya. Mereka adalah gadis-gadis yang  sangat dicintai suami karena kebaktian dan pelayanannya yang paripurna,  yang hidup seirama dengan suami penuh pesona harmoni dan asmara .
 Apa  yang anda katakan apabila seorang gadis tertawa di depan suaminya maka  sorga yang indah itu menjadi bersinar? Apabila ia berpindah dari satu  istana ke istana lainnya, anda akan mengatakan: "Ini matahari yang  berpindah-pindah di antara garis edarnya." Apabila ia bercanda, kejar  mengejar dengan suami, duhai… alangkah indahnya…!! (dari kitab Hadil Arwah Ila Biladil Afrah (h.359-360) (Faiz)*